Wednesday, November 4, 2009

Be ready for the worst!

Menyiapkan diri untuk segala kemungkinan terburuk, bukan berarti terus pesimis lho. Banyak orang kecewa karena nggak siap ketika apa yang direncanakan ternyata tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Justru dengan mempersiapkan diri lebih awal untuk segala kemungkinan terburuk, insyaallah nggak ada lah istilah kecewa.
Dalam bukunya John Maxwell, dia ngutip dari J. wallace Hamilton; "orang berlatih untuk meraih sukses, padahal seharusnya mereka berlatih untuk menghadapi kegagalan. Kegagalan adalah jauh lebih umum dari pada sukses, kemiskinan jauh lebih menjamur dari pada kekayaan dan kekecewaan jauh lebih normal dari pada kepuasan".
Tapi coba deh sharing tentang bagaimana kebangkrutan atau kerugian untuk seorang pengusaha dengan orang yang dia baru akan memulai sebuah bisnis... kebanyakan dari mereka akan lari, bahkan nggak mau denger yang namanya rugi apalagi bangkrut.
Pengalaman neh, awal-awal mau memulai usaha, aku sendiri lebih banyak dilenakan dengan profit yang ntar bakalan didapat, untungnya dulu yang diitung, itu untung ( baca: duit ) belon ada ditangan, udah bikin perencanaan barang-barang yang akan dibeli, bahkan saking Pe-De-nya udah berani ngutang ato kredit. Padahal tuh duit belon ada ditangan, baru itungan di atas kertas, itupun didapat berdasarkan rancangan subjektif, idealnya kalo semua berjalan sesuai dengan rencana sendiri. Lupa deh kalo sebenernya manusia boleh berencana, tapi selalu ada yang berhak untuk menentukan segala sesuatu.
Kadang susah neh masuk kalo langsung membicarakan Tuhan sebagai pemegang hak prerogative untuk membuat keputusan atas hidup hambaNYA. Kenapa susah, karena Dzat yang Maha Agung ini berada tidak pada urutan pertama sebagai prioritas hidupku. Makanya terdengar lebih masuk akal kalo yang dilibatkan adalah faktor riil diluar diri yang nggak bisa dikontrol, misal; kebijakan pemerintah yang mengakibatkan rupiah menguat ( jujur neh kadang jadi sedih kalo rupiah menguat hehehehe... ), buyernya yang tiba-tiba kena stroke dan nggak punya penerus untuk usahanya (padahal telanjur tuh dia placing order), atau tiba-tiba aja kena gempa bumi, walah masih banyak lagi deh kemungkinan-kemungkina buruk yang sebenernya sangat perlu untuk dipelajari dan dipersiapkan.
Kalau udah tau rugi dan untungnya berbisnis atau apapun lah tindakan dalam hidup ini, biasanya yang timbul adalah sikap waspada, hati-hati dan tidak gegabah, maksudnya nggak asal duitnya banyak, untungnya besar, kedengerannya seneng, rasanya enak dan masih banyak yang kedengarannya manis-manis, gula-gula hehehehe....
Karena itu orang-orang besar cenderung lebih santai ngejalanin hidupnya, karena mereka sudah berhitung dari awal faktor resiko, baik itu resiko berhasil maupun gagal,
Resiko adalah konsekwensi negative yang selalu akan ada dalam setiap tindakan atau pun setiap hal.
Dan apapun yang akan dihadapi, sebagai seorang muslim yakinlah bahwa itulah kehendak Tuhan yang terjadi dalam hidup kita, kalo sukses memang itu janji Tuhan untuk hamba-hambanya yang bersungguh-sungguh, sebaliknya kalo gagal... cek lah diri sendiri barang kali masih ada sifat serakah dalam diri ini....
Hidup itu banyak pilihan dan kita bebas untuk memilih akan tetapi kita tidak bebas
memilih konsekwensinya.
~TungDesem waringin~
Share:

0 comments:

Post a Comment