Friday, November 30, 2012

Yang terdekat yang tersayang...

"Ini pasti bukan karena ketidaksengajaan, karena tidak ada ketidaksengajaan yang terjadi dunia ini, semua ada maksudnya..."

Copas dari grup:
"Saya bersenggolan dgn seseorang yg tidak saya kenal.
"Oh, maafkan saya," reaksi spontan saya.
Ia juga berkata: "Maafkan saya juga."
Orang itu & saya berlaku sangat sopan. Kami berpisah & mengucapkan selamat tinggal.
 
Namun cerita lainnya terjadi di rumah.
Pada hari itu juga, saat saya memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di belakang saya. Saat saya berbalik, hampir saja membuatnya jatuh.
"Minggir!" teriak saya dengan marah. Ia pergi dengan hati hancur.

Saat berbaring di tempat tidur, dengan halus Tuhan berbicara:
"Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan kamu gunakan, tetapi dengan anak yang engkau kasihi, engkau perlakukan dengan sewenang-wenang.
Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan kuntum-kuntum bunga. Bunga-bunga tersebut telah dipetik oleh anakmu; merah muda, kuning & biru.
Anakmu berdiri tanpa suara untuk memberikan kejutan bagimu, kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu."

Sekarang air mataku mulai menetes.
Pelan-pelan saya pergi ke kamar anakku & berlutut di dekat tempat tidurnya,
"Apakah bunga-bunga ini engkau petik untukku, anakku?" kataku berbisik.
Ia tersenyum, " Aku ambil bunga-bunga itu karena mereka cantik seperti Ibu. Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama yg berwarna biru."
"Anakku, Ibu sangat menyesal karena telah berlaku kasar padamu."
Si kecilku berkata, "Oh ibu, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu ... "
"Anakku, aku mencintaimu juga. Aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, terutama yg biru."
Dan ku peluk anakku. Ku ciumi pipi & keningnya. Air mataku tak bisa ku bendung lagi ...

Apakah kita menyadari bahwa jika kita mati besok pagi, perusahaan di mana kita bekerja sekarang bisa saja dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari?
Tetapi keluarga yang kita tinggalkan akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka...

Gw baca itu sejenak setelah gw selesai menuangkan pikiran gw dalam beberapa narasi pendek yang tak berarturan ini:
"Belajar sabar Itu nggak usah jauh-jauh.... karena tuntutan sabar terbesar adalah bersama mereka yang paling dekat dengan kita. Belajar manner yang baik pun nggak usah jauh-jauh... Karena mereka yang terdekat dengan kita yang saban harinya dapat menilai, polah tingkah kita.
Tapi mengapa tuntutan sabar dan manner yang baik begitu besar untuk mereka yang mungkin hanya sekali dua kali ditemui? Mengapa tuntutan itu seakan wajib dipenuhi bagi mereka yang mungkin tidak mengharapkan keberadaan kita setiap saat?
Kenapa kesabaran terindah dan manner teristimewa tidak dipersembahkan untuk mereka yang terdekat dengan kita?
Kenapa pemakluman itu menjadi lumrah untuk mereka yang tidak setiap pagi dijumpai selepas tidur?
Barangkali tempat dimana mereka yang terdekat tidak benar-benar dekat denganku, barangkali mereka tidak benar-benar menginginkan menjadi saksi untuk yang terbaik yang pernah aku lakukan, atau barangkali aku bukanlah apa-apa yang menurut mereka baik untuk diperhatikan keberadaannya... Rasanya hampir percuma menjadi baik untuk orang lain sementara tidak baik untuk diri sendiri.
Share:

0 comments:

Post a Comment