Tuesday, November 10, 2009

Sempurnakanlah agamamu

Kadang penyesalanku itu muncul tak terbendung, waktu yang sekian lama terlewati seakan-akan sia-sia dan tidaklah cukup untuk membuat aku menjadi semakin baik.
Benarlah kalo Imam Al Qhozali menjawab pertanyaannya sendiri, "apa yang paling jauh dari kita?", jawabnya adalah "masa lalu". Karena memang waktu begitu cepat bergulir dan kita tak kan pernah bisa untuk kembali.

Kenapa juga Rasullullah menyuruh umatnya untuk senantiasa belajar, belajar dan belajar jangan berhenti, bahkan sampai ke negeri cina sekalipun, bejalar dari semenjak buaian sampai ke liang lahat, karena memang kita tidak akan pernah dapat memaknai hidup ini jika berhenti belajar. Karena itu bisa jadi menutup pintu-pintu Rahmat Illahi untuk waktu-waktu yang akan kita lalui.

Sekarang ini waktunya buat aku mengejar banyak ketinggalan. Jujur saja, penyesalan ini sering diikuti rasa marah. Tapi apalah artinya, marah untuk apa? toh masing-masing dari kita diberi akal, itulah maksud Tuhan memberi akal kepada hambaNYA agar mereka dapat mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya.
Tapi aku cukup bersyukur pada awalnya bahwa ALLAH masih memberikan kesempatan, dan pada akhirnya aku sangat bersyukur karena kesempatan itu adalah dipertemukannya aku dengan orang-orang yang dapat mengajarkan hikmah.
Aku merasa beruntung setidaknya masih diberi kesempatan untuk memperbaiki kehidupanku lebih awal dibanding orang tuaku. Bisa jadi orang tuaku mengajarkan pengertian yang salah dalam memaknai hidup, itu karena keterbatasan mereka, dan aku memintakan ampun untuk mereka, mudah-mudahan ALLAH mengampuninya.

Kalo dulu, ortu selalu bilang, “sekolah yang bener biar bisa kerja, beli rumah sendiri, nyenengin orang tua, nggak usah keburu-buru kawin”. Dan itu terdengar logis, karena gimana mo kawin buru-buru duit aja nggak ada, mo makan apaan? sekarang baru aku tau dan paham, itu bertentangan dengan perintah ALLAH karena justru ALLAH menyuruh untuk menikah, Menikahlah karena menikah akan membuka pintu rejeki.
Akibatnya, see... tidak sedikit orang seperti aku, kesempatan sekarang luas, kurang apa, tapi kok belon juga kawin? yang dipertanyakan adalah ego-ku. "lu terlalu milih kali"... jawabku "memang!" dan aku yakin sekali orang yang sekarang tidak jauh berada pada kondisi seperti aku dan bahkan lebih, akan menjawab begitu. Karena sebenernya itu konsekwensi dari karir yang baik, income yang baik dan pergaulan yang luas. "Aku memang harus memilih"*. Dan konsekwensi itu barangkali yang tidak pernah terpikirkan oleh ortu-ku.
* jawaban itu dulu sebelum aku merasa penting untuk belajar =)

Kepahamanku semakin dalam ketika; kalau saja satu-satunya alasan ketakutan ortu melarang untuk menikah lebih dikarenakan ketakutan akan tidak tercukupinya rejeki, itu adalah salah satu pembelajaran pengingkaran kuasa Tuhan untuk anak-anak mereka. 1x ortu sudah mengajarkan untuk tidak percaya kepada Tuhan.

Terus mengapa Rasullullah menyampaikan, dengan menikah seorang muslim telah menyempurnakan setengah dari agamanya. Karena ternyata memang banyak syariah-syariah dalam agamaku (islam) dapat teraplikasi secara sempurna ketika pernikahan itu telah dilalui. Karena tidak mungkinlah aku berdoa seperti doanya Nabi Ibrahim karena aku belum punya anak keturunan. Kesempatan untuk mendapatkan syurga dengan mudah bisa jadi aku lewatkan karena bagaimana aku mengaplikasikan taat pada suami. Dan masih banyak lagi.
Aku senantiasa memohon kepada ALLAH agar memberikan aku umur dan kesempatan untuk menyempurnakan AgamaNYA. Karena apapun itu harusnya sangat menarik dan diperebutkan oleh banyak manusia, kalau saja 50% itu adalah pembagian keuntungan bersih dari perusahaan beromset trilyunan rupiah, pastilah itu akan dicari dan kalau sudah didapat pastilah itu akan diperjuangkan. Apalagi 50% dari janji ALLAH yang jumlahnya bisa jadi sangat tidak ternilai, hanya dengan keyakinan (Iman) di dalam hati bahwa balasan yang ALLAH berikan adalah setimpal dengan perjuangan dan pengorbanan yang dilalui hamba-hambaNYA.
Mudah-mudahan aku masih diberi kesempatan untuk memperjuangkan yang 50% itu. Amin....

Nah permasalahan nih sekarang muncul, kalo versinya ust. Yusuf Mansur, karena udah telanjur neh dulu nikah ditunda, padahal duit pernah ada dan cukup, berlimpah malah untuk seorang single (tapi tetep aja amblas) sekarang ketika udah niat, "kenapa saya belon ketemu ama jodoh saya ustad?"
si ustad ngejawab, "tobat dulu... bisa jadi ada dosa-dosa yang dulu pernah dilakukan dan ALLAH belon ridho. Kejar dulu ampunan ALLAH"

Nah lo.... emang kan kebayang gimana gw dulu.... akibatnya dengan menunda nikah yang gw rasain sekarang ini, kerugian yang nyata:
1. tidak hanya sudah menafikkan ALLAH sebagai satu-satunya pemberi rejeki
2. rugi sudah tidak segera menyempurnakan setengah dari agama ALLAH
3. walah.. malah bikin dosa besar sekalian.....

Ampuuunnnn deh, ini juga jadi pembelajaran kelak insyaallah kalau aku udah jadi orang tua. Ternyata jadi orang tua nggak dituntut menjadi tua doang, tapi juga harus paham, berilmu dan tentunya lebih banyak minta petunjuk ALLAH, karena ada anak nih, amanah yang kudu dibekali dengan ilmu yang tidak hanya baik tapi juga bener.

"Ya Allah, Ya Ghaffar ampuni aku dengan keterbatasan pemahamanku, Ampuni aku atas kesalahan pikiran dan lisanku. Ya Allah, Ya Rabb... Engkau yang menyempurnakan untuk hambaMU ilmu yang mereka pelajari, Engkaulah sumber dari segala sumber ilmu dan cahaya. Bimbinglah aku selalu di jalan MU yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya dan bukan jalan mereka yang Engkau murkai dan juga bukan jalan mereka yang sesat".
Amiinnnn....

No comments:

Post a Comment